Wednesday, July 11, 2012

Jatuh Cinta


Love is trembling happiness ~ Khalil Gibran



Pernakah Anda merasakan yang namanya jatuh cinta?
Pernakah Anda merasa amat sangat mencintai seseorang sampai setiap saat selalu ingin bersamanya dan merasa amat buruk jika dia tidak menggubris Anda?
Pernakah Anda berusaha melakukan sesuatu, bahkan hal yang bodoh, hanya untuk membuat orang yang Anda sayangi merasa senang?
Saya pernah merasakannya. Saya pernah jatuh cinta kepada seseorang dan amat sangat menyayanginya. Ketika dia tidak menggubris saya, saya akan merasa sangat buruk. Sedih dan pikiran negatif akan bermunculan. Tapi ketika dia begitu menghargai saya, merespon saya dengan baik, saya akan merasa sangat bahagia.

Tahukah Anda bahwa Allah merasakan hal yang sama pada kita? Saya yakin Tuhan sangat mencintai kita, jika tidak untuk apa Dia relakan anakNya mati hanya untuk menebus dosa kita? Nah, pertanyaan saya, apakah kita sudah mencintai Tuhan?

Sampai saat ini jika Anda bertanya pada saya apakah saya mencintai Tuhan, saya akan jawab "saya masih berusaha untuk mencintaiNya". Jika kita mencintai seseorang, kita akan berusaha untuk menyenangkannya setiap saat. Kita juga akan merindukannya setiap saat. Bahkan kita akan berusaha jadi seperti apa yang dia inginkan. Nah, saya belum bisa menyenangkan hati Bapa saya yang di surga, bahkan saya cenderung lebih sering mendukakanNya.

Untuk mengatakan "Aku mencintaiMu Bapa" memang hal mudah, tapi saya merasa berbohong jika mengatakan itu pada Bapa karena saya belum sepenuh hati mencintaiNya. Akhirnya saya sampai pada satu titik meminta padaNya untuk membuat saya setiap hari semakin mencintaiNya.

Bapa, saya tidak mampu sendiri. Hanya Engkau yang bisa membantu saya :)

Kesimpulan : mencintai bukan perkara mudah. Jika selama ini Anda merasa mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, sudahkah hidup dan hati Anda benar-benar menunjukkan cinta Anda padaNya?

Tuesday, July 3, 2012

Be Mature

Benar apa kata pepatah bahwa menjadi dewasa adalah pilihan setiap orang. Saya sepenuhnya setuju tentang pernyataan ini. Menurut saya, kedewasaan merupakan pilihan setiap hari. Tidak hanya dalam suatu periode atau peristiwa tertentu saja, tapi dalam segala hal kita harus memilih untuk bersikap dewasa atau tidak.

Saya tidak bisa berkata bahwa saya sudah dewasa, saya juga masih belajar. Dalam beberapa hal saya juga masih kadang memilih untuk tidak bersikap dewasa. Misal, saya tidak nyaman dengan seseorang atau sesuatu, maka saya akan memasang sikap menjauhi dan cenderung bersikap offense terhadap hal atau orang tersebut. Saya tahu hal itu salah, dan saya merasa bahwa saya harus berubah.

Sama dengan konsep kekristenan. Kita sering mendengar bahwa kita harus menjadi orang Kristen yang dewasa dan memiliki iman yang dewasa. Namun, bagaimana kita bisa dewasa jika tidak ada suatu peristiwa yang membuat kita belajar mengenai kedewasaan iman?

Setiap orang memiliki prosesnya. Proses yang saya alami terjadi sekitar 10 tahun yang lalu. Saat itu saya masih duduk di bangku SMP. Keluarga saya mengalami badai pencobaan yang membuat saya ikut terguncang. Saat itulah saya merasa bahwa Tuhan mau mendewasakan saya. Saya tetap bersabar terhadap guncangan itu dan tiap malam saya selalu menangis meminta agar Tuhan menyelesaikan masalah itu. Tapi, Tuhan seakan jauh dan diam.

Sampai pada satu titik saya merasa sudah menyerah, saya berkata pada Tuhan "Bapa, saya menyerah dan saya tidak mau jadi dewasa". Saat itulah Tuhan baru menjawab. Dia berkata dalam roh saya, "Masak si kamu mau menyerah begitu saja?" dan saat itu juga saya merasa damai sejahtera yang luar biasa. Saya menjawabNya dan berkata "Iya ya Tuhan, masak saya mau menyerah begitu saja".

Sejak saat itu saya mengubah doa saya setiap malam. Bukan memintaNya menyelesaikan, tapi saya bersyukur dan memintaNya mengampuni setiap orang yang sudah membuat keadaan keluarga saya terguncang. Dan Dia pun bekerja secara luar biasa terhadap keluarga saya. Satu demi satu masalah terselesaikan dan kebahagiaan luar biasa yang saya alami adalah kedua orang tua saya menerimaNya sebagai Tuhan dan juruselamat. Ternyata Dia punya rencana luar biasa di balik pencobaan yang saya alami. Jika tidak ada masalah itu, orang tua saya tidak akan mengenalNya.

Ada sebuah perikop yang menjadi kekuatan saya selama masa pencobaan, yaitu Mat. 6:25-34 mengenai Hal Kekuatiran.

6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Setiap orang memiliki proses dan caranya sendiri dalam menjadi dewasa. Tapi Anda bisa jadi dewasa jika Anda memutuskan untuk mau jadi dewasa. Apapun yang saat ini Anda alami, ingatlah bahwa ini salah satu caraNya untuk mendewasakan Anda. Ingat juga bahwa Dia tak pernah meninggalkan Anda. Bersyukurlah dalam segala perkara.

"I am with you always, even unto the end of the world." ~ Matthew 28:20

Tuhan memberkati :)

Sunday, June 24, 2012

Maafkan Saya :)

Meminta maaf bagi sebagian besar orang, terutama orang Indonesia, adalah hal yang mudah diucapkan tapi susah dilakukan. Sebagai contoh, saat itu saya masih bekerja di Jakarta sebagai seorang programmer. Ada sebuah program buatan saya yang akan dirilis. Lalu dilakukanlah serangkaian "fit and proper" test untuk program ini. Sampai akhirnya BA (Business Analyst) nya mengatakan "Okay, silakan go live", everything looks well.

Sehari setelah go live, ternyata programnya menampilkan hasil yang salah. Lalu apa yang terjadi, saya sebagai programmer yang disalahkan. Sebagai manusia saya merasa bahwa ini kesalahan BA karena melakukan tes yang tidak lengkap sehingga terjadi kesalahan. Tapi saat itu saya hanya diam dan saya berbesar hati mengatakan "Maaf".

Saya diingatkan akan 2 pribadi dalam alkitab, yaitu Saul dan Daud. Saul dan Daud sama-sama raja yang hebat bagi umat Israel, meskipun Saul dipilih manusia sedangkan Daud dipilih Tuhan. Tapi, banyak kesamaan di antara mereka, sama-sama tampan, sama-sama orang Israel. Lalu, apa yang membedakan mereka? Karena topik hari ini mengenai "Maaf", maka saya akan membahas bagaimana cara mereka melakukan pertobatan dan meminta maaf kepada Tuhan.

Kita lihat raja yang pertama, Saul. Ketika Saul melakukan kesalahan dengan mengambil alih peran Samuel (1 Sam 13), untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan kepada Tuhan, yang dilakukan Saul adalah membantah (1 Sam 13:11-12). 

13:11 Tetapi kata Samuel: "Apa yang telah kauperbuat?" Jawab Saul: "Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas,
13:12 maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran."

Selain itu, ketika Saul tidak taat mengenai orang Amalek (1 Sam 15), dimana Tuhan meminta agar Saul memusnahkan orang Amalek, termasuk ternak mereka tapi tidak dilakukannya, apa yang Saul lakukan? Malah berusaha tampak baik dengan mengatakan bahwa ternak yang baik bisa dijadikan korban untuk Tuhan (1 Sam 15:15). 

15:15 Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas."

Berbeda dengan Daud, ketika dia jatuh ke dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba dan diperingatkan oleh Nabi Natan (2 Sam 12), apa yang dilakukannya? Mengaku dan bertobat (2 Sam 12:13a) dan menerima konsekuensi atas dosanya (2 Sam 12:22-23)

12:13a Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN."
12:22 Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup.
12:23 Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.  


Akhir dari kisah Saul dan Daud sungguh berbeda. Saul pada akhirnya harus mati secara tragis dan harus kehilangan tahtanya. Selain itu, keturunannya hampir musnah kecuali 1 anak dari Yonatan. Sedangkan Daud jadi salah satu orang kesayangan Tuhan. Bahkan Tuhan Yesus berasal dari keturunan Daud.

Readers, sekarang pilihan ada di tangan Anda. Ketika Anda melakukan kesalahan, apa yang akan Anda lakukan? Membantah, menyalahkan orang lain, atau mengaku dan siap menerima konsekuensinya? Ketika melakukan dosa kepada Tuhan, apa yang akan Anda lakukan? Membantah atau mengaku sungguh-sungguh dan bertobat seperti Daud?

Life is your own choice. Be wise :D

Monday, May 21, 2012

Don't Ever Look Back

Dear Readers,
Siapa yang tidak pernah melakukan dosa? Ayo angkat tangan :)
Jika ada, maka silakan tutup dan jangan baca tulisan ini :D tapi jika pernah, yuk dibaca pengalaman saya dengan yang namanya dosa :)
Pernakah Anda merasa amat sangat berdosa pada Tuhan, lalu ujung-ujungnya merasa tidak layak berdoa, tidak layak dapat kebaikan Tuhan, tidak berharga, pokoknya semua perasaan yang jelek-jelek? 

Jika jawabannya pernah, ada pertanyaan lain : Pernakah Anda berdoa sambil menangis lalu dalam doa Anda hanya ada 3 kata saja yang diucapkan berulang-ulang, yaitu : "Ampuni saya Tuhan". Jika sekali lagi Anda menjawab iya maka, selamat, Anda tidak sendiri.

Tapi Readers, tahukah bahwa sikap ini adalah sikap yang tidak disukai Tuhan?
Saya pernah melakukan sebuah dosa yang menurut saya amat sangat besar dan akhirnya dalam setiap doa saya hanya mengucapkan : "Bapa ampuni aku". Bukan damai yang saya rasakan tapi malah makin hari makin menjauh dari Tuhan karena rasa tidak layak itu. 
Sampai pada suatu hari dalam keputusasaan, saya berkata : "Bapa, apa yang harus aku lakukan?"

Lalu saya buka alkitab dan saat itulah Tuhan membukakan satu kebenaran melalui firmanNya. Saya secara tidak sengaja membuka Yesaya 46:3-4 yang berbunyi :
"Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.

Saat itulah saya sadar bahwa Dia sudah mati di kayu salib untuk menebus dosa saya. Dia mau menanggung saya terus, tapi bukan berarti kita boleh terus bebrbuat dosa ya. Ingat bahwa dosa ada konsekuensinya. Saya sadar dan yang perlu saya lakukan adalah bertobat sungguh-sungguh. 

Menyesal boleh, tapi yang terpenting adalah pertobatan kita. Mohon ampun memang perlu tapi mengambil komitmen untuk tidak melakukan dosa adalah hal yang harus dilakukan selanjutnya. Yang perlu diingat juga bahwa kita adalah manusia. Kita tidak bisa sendirian dalam menahan keinginan daging yang bisa membawa kita jatuh ke dalam dosa. Kita harus minta bantuanNya.

Readers, jika ada dari Anda yang saat ini mengalami hal yang pernah saya alami, silakan ambil kertas. Lalu tulis semua dosa yang pernah Anda lakukan secara mendetail. Setelah itu berdoalah dan sebutkan dosa itu satu per satu. Minta Tuhan putuskan, ampuni, dan mintalah Roh Kudus mengganti semua hal jahat itu dengan yang baik. Jika sudah, bakar atau buang kertas itu dan mulailah hidup baru.

Semoga sedikit sharing ini bisa memberi kelegaan kepada Anda. 
Saya bukan orang pintar, bukan juga orang suci. Saya hanya salah seorang manusia yang setiap hari berjuang bersamaNya untuk hidup dalam pertobatan.
Jika Anda butuh bantuan doa, jangan segan menghubungi saya. Saya rindu bisa berdoa bagi Anda :)

Tuhan berkati :)