Setelah sekian lama tidak menulis, akhirnya saya memutuskan kembali menuangkan perasaan saya lewat blog. Sesuai dengan judul tulisannya, ya, saya punya banyak cerita sedih dan senang di tahun 2015. Tahun 2015 menjadi tahun yang luar biasa untuk perjalanan spiritual saya.
Di awal tahun, saya begitu bahagia karena akhirnya mama merestui hubungan saya dan kekasih. Awalnya mama tidak merestui kami? Why? Karena kami berbeda ras. Saya ras ayam kate dan kekasih saya ayam cemani. Hahaha.. Saya tionghoa sedangkan kekasih saya saat itu peranakan Jawa-Maluku.
Mama saya masih melihat perbedaan itu sebagai sebuah masalah yang cukup besar. Kalo papa, ya yang penting iman kami sama. Tapi saya bersyukur akhirnya mama merestui kami dan bahkan menyiapkan acara pertunangan kami dengan luar biasa.
28 Februari 2015, akhirnya kami bertunangan. Perasaan saat itu sangat bahagia. Kami langsung excited untuk menyiapkan pernikahan yang akan dilaksanakan tanggal 22 Agustus 2015. Setelah acara pertunangan, saya dan mama langsung berburu kain untuk keluarga. Saat itu, mama memang sudah mulai sakit. Tahun 2014 mama sempat terkena chikunguya (katanya). Mama yang tadinya gemuk mendadak langsung merosot jauh badannya. Lalu mama sering sekali mengalami sakit di lambung. Mama tampak sangat kelelahan saat itu, bahkan setelah berburu kain mama tumbang.
Kami tidak menyadari bahwa sesuatu yang buruk sudah menanti.
24 Maret ternyata mama harus dirawat di rumah sakit karena kondisinya tidak kunjung membaik. Lambungnya sakit luar biasa. Ketika di rumah sakit, dokter menemukan sesuatu yang tidak beres setelah melakukan serangkaian tes. Mulai dari rontgen, CT-scan, bahkan sampai MRI. Yak, dokter menduga mama terkena kanker paru-paru. Paru-parunya yang satu tertutup sebuah daging yang besar sehingga hanya tersisa 1/4 bagian saja. Akhirnya diputuskanlah mama akan dibiopsi untuk meyakinkan bahwa itu kanker.
Perasaan kami saat itu, hancur hati. Kebetulan papa punya persekutuan rohani dan mereka setiap hari datang menjenguk mama untuk menguatkan dan mendoakan. Salah satu teman papa bahkan terus mendorong mama untuk bertobat.
Lho? Apa yang salah? Baiklah, mama belum memberikan pengampunan buat orang-orang yang menyakiti hatinya, terutama papa. Mama dan papa punya hubungan yang tidak sehat, Apapun yang dilakukan papa, mama selalu memandang dan merespon dengan negative. Perkataan mama selalu menyakiti papa, bahkan mama tidak pernah mendukung papa dalam pelayanan. Selain itu, mama memang mulai menjauh dari Tuhan, Jarang ke gereja dan sudah jarang membaca alkitab.
Akhirnya mama berjanji bahwa jika sembuh, mama akan ikut melayani dan mulai dekat dengan Tuhan.
Tibalah hari dimana mama harus biopsy. Saya merasa bahwa keluarga kami bertambah mengalami perubahan lewat peristiwa ini. Kami terus berdoa bersama, bangun mezbah keluarga, dan saya melihat adik saya berubah. Jujur saja, adik saya kurang menghargai mama. Bahkan bisa dengan mudah marah hanya karena masalah kecil. Ya, dia berubah. Adik lelaki saya terus menjaga mama, menangis buat mama bahkan terus menelepon untuk bertanya kabar mama.
Biopsi dilalui dengan sukses. Mama sadar dan mama kami diijinkan pulang. Hasil biopsy keluar dalam waktu 1 minggu. Kami bersyukur karena mama bisa pulang ke rumah. Mama sudah tidak merasakan sakit di lambungnya.
Dimulailah penantian yang mendebarkan, doa kami, bukan kanker.
|
Papa & Mama - 2014 |
--to be continued--